WartaPendidikan.co.id, Muaro Jambi – Dalam rangka memperingati Hari Anak Nasional 2025, UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi menyelenggarakan seminar nasional. Kegiatan ini digelar oleh Pusat Gender, Anak, dan Disabilitas LPPM UIN STS Jambi pada Kamis (31/7/2025). Seminar bertajuk “Cerdas Bermedia Sosial: Lindungi Anak dari Kejahatan Seksual” ini menarik perhatian kalangan remaja dan mahasiswa.
Selanjutnya, kegiatan ini menghadirkan narasumber yang kompeten dan berpengalaman dalam isu perlindungan anak dan remaja. Narasumber pertama, Ibu Dian, memaparkan bahwa kekerasan terhadap anak masih tinggi di Kota Jambi. Menurut data yang ada, terdapat 367 korban kekerasan anak dan remaja selama satu tahun terakhir.
Adapun bentuk kekerasan tersebut meliputi fisik, psikis, perundungan, kekerasan seksual, dan diskriminasi. Salah satu yang paling mencolok adalah pelecehan seksual oleh dosen terhadap mahasiswa. Oleh karena itu, Ibu Dian menekankan pentingnya komunikasi yang positif antar sesama remaja.
Selain itu, remaja juga perlu membangun lingkungan sosial yang sehat dan saling mendukung satu sama lain. Ia juga mengajak peserta untuk berani mencari bantuan jika menghadapi situasi yang mengancam. Menurutnya, empati dan kepedulian dapat mencegah korban merasa sendirian dan terpuruk.
Sementara itu, narasumber kedua, Ibu Nisaul Fadillah, M.Si., Ph.D., fokus pada bahaya media sosial. Ia mengungkapkan bahwa Instagram, TikTok, dan WhatsApp sering digunakan untuk kejahatan seksual online. Bentuk kejahatan tersebut antara lain grooming, sextortion, catfishing, hingga ajakan bertemu secara langsung.
Lebih lanjut, ia menyoroti kesalahan umum seperti oversharing dan mudah percaya pada orang asing. Untuk itu, Ibu Nisa mengajak generasi muda agar bijak dan waspada dalam menggunakan media sosial. Tips yang diberikan antara lain menjaga privasi, tidak menemui orang asing, dan segera melapor jika terganggu.
Selain itu, Ibu Rosa yang turut hadir menegaskan bahwa kekerasan tidak boleh didiamkan. Ia mendorong peserta agar segera melapor jika melihat atau mengalami kekerasan, apapun bentuknya.
Di akhir sesi, seorang siswa bernama Dina dari MAN Cendekia Jambi berbagi pengalamannya. Dina menceritakan bahwa ia pernah merasa tidak nyaman karena temannya bersikap melewati batas. Menanggapi hal ini, Ibu Dian menekankan pentingnya membatasi informasi pribadi kepada orang lain.
Sebagai penutup, kegiatan ini menjadi pengingat penting tentang bijaknya penggunaan media sosial. Kejahatan seksual kini bisa terjadi di ruang digital, bukan hanya secara fisik. Dengan edukasi, kepedulian, dan keberanian melapor, kita bisa menciptakan ruang aman bagi anak dan remaja. (*)
Leave a Reply