WartaPendidikan.co.id, Kota Jambi – Perjalanan panjang selama satu dekade akhirnya terbayar untuk Yohan Samosir. Pelatih dari SMAN Titian Teras Jambi ini berhasil terpilih sebagai salah satu Kopi Good Day First Team musim 2024–2025, dan berkesempatan mengikuti DBL Camp untuk pertama kalinya. Ini juga menjadi momen perdana Yohan menginjakkan kaki di Jakarta, tepatnya pada Senin, 28 April 2025, di mana ia langsung mengikuti medical check-up.
Antusiasmenya begitu besar. Ia bahkan tak sungkan membagikan proses pemeriksaan kesehatannya kepada pelatih lainnya. “Akhirnya, penantian sepuluh tahun saya untuk ikut DBL Camp berakhir juga. Ini kali pertama saya ke Jakarta dan akan banyak mencoba hal-hal baru,” ujar Yohan.
Bagi Yohan, menjadi bagian dari DBL Indonesia All-Star dan terbang ke Amerika adalah impian hampir semua pelatih basket, termasuk dirinya. Meski begitu, ia lebih memprioritaskan semangat belajar selama mengikuti camp tahun ini. “Kalau bisa ke Amerika itu bonus. Yang penting saya ingin menyerap sebanyak mungkin ilmu. Saya datang ke sini untuk belajar dan jadi pelatih yang lebih baik,” tambahnya.
Terpilih ke DBL Camp merupakan pencapaian besar, terlebih Yohan mengakui bahwa musim ini adalah salah satu yang paling menantang bagi dirinya dan tim. Persaingan semakin ketat dengan munculnya sekolah-sekolah baru yang langsung menunjukkan performa tinggi. Timnya sendiri hanya mampu melaju hingga babak Big Eight, namun Yohan melihat DBL Camp sebagai kesempatan penting untuk berkembang dan membawa ilmu baru ke anak-anak didiknya.
Menariknya, meskipun mendalami dunia basket sejak SMA dan aktif hingga kuliah, Yohan bukan guru olahraga. Ia justru seorang guru kelas di SDN 28 Kota Jambi dengan latar belakang pendidikan Bahasa Inggris. “Saya mengajar berbagai mata pelajaran, kecuali olahraga dan agama,” ujarnya sambil tertawa.
Sebagai guru SD sekaligus pelatih basket, Yohan punya harapan besar: menjadikan basket sebagai bagian dari kurikulum wajib di jenjang pendidikan dasar. Menurutnya, jika anak-anak sudah mengenal basket sejak dini, Indonesia bisa mencetak pemain hebat dan bersaing di tingkat Asia Tenggara. Saat ini, kata Yohan, banyak anak tak bisa mengakses basket karena terbatasnya fasilitas dan masih adanya anggapan bahwa basket adalah olahraga yang eksklusif.
Ia juga sering mendapat pertanyaan dari murid-muridnya tentang hobinya bermain basket. “Mereka penasaran dan minta diajarkan. Tapi kami terkadang bahkan tidak punya lapangan. Itu sebabnya saya ingin basket dikenalkan sejak SD, supaya bisa dirasakan semua anak, bukan hanya mereka yang bisa ikut klub,” jelas Yohan.
DBL Camp 2025 sendiri berlangsung mulai 29 April hingga 4 Mei di GOR Soemantri Brodjonegoro, Jakarta. Kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian Honda DBL with Kopi Good Day 2024–2025 yang digelar di 31 kota dan 23 provinsi. Dari ajang ini, student-athlete terbaik dari seluruh Indonesia akan diseleksi untuk menjadi bagian dari tim DBL Indonesia All-Star dan berpeluang dilatih langsung oleh pelatih profesional.
Untuk yang ingin menyaksikan langsung keseruan DBL Camp, bisa datang langsung ke lokasi atau menontonnya lewat channel YouTube DBL Play. Program ini juga menghadirkan AZA 3X3 Competition 2024–2025, menjadikan DBL tak hanya ajang kompetisi, tapi juga platform besar bagi pengembangan bakat basket muda di Tanah Air. (*)
Leave a Reply