WartaPendidikan.co.id, Kota Jambi – Mahasiswa Program Studi (Prodi) Sastra Indonesia Universitas Jambi (UNJA) sukses menggelar sebuah pertunjukan teater bertajuk “Sepatu Gila” yang dipentaskan oleh kelompok Teater Kuju. Pertunjukan ini berlangsung di Taman Budaya Jambi, pada Sabtu (31/05/2025), sebagai bagian dari kegiatan akademik sekaligus ekspresi seni mahasiswa.

Kegiatan ini dihadiri oleh Kepala Taman Budaya Jambi, Bapak Eri Argawan, Dosen Pengampu Mata Kuliah, Dwi Rahariyoso, S.S., M.A., dan Ketua Teater Kuju Rilect Amigos beserta anggota Teater Kuju lainnya.

Acara ini merupakan bagian dari tugas mata kuliah Pementasan Drama yang ada di semester genap oleh Prodi Sastra Indonesia UNJA. Tujuan utama dari kegiatan ini adalah memberikan pengalaman langsung kepada mahasiswa dalam manajemen produksi seni pertunjukan, mulai dari pengelolaan naskah hingga penyajian di ruang publik.

Dosen Pengampu Mata Kuliah, Dwi Rahariyoso, S.S., M.A., menyampaikan bahwa pertunjukan ini tidak hanya bertujuan sebagai bentuk penilaian mata kuliah, tetapi juga menjadi wahana bagi mahasiswa untuk mengasah kreativitas, kerjasama tim, serta kemampuan artistik dalam seni teater.

“Dengan pementasan ini, mahasiswa belajar memaknai teks, mengelola produksi, dan menyampaikannya dalam bentuk pertunjukan yang bisa diapresiasi masyarakat,” ungkap Dwi.

Ia juga menambahkan Teater Kuju, sebagai unit kegiatan yang berada di bawah naungan Prodi Sastra Indonesia, rutin mengadakan pementasan setiap tahun. Harapannya ke depan kegiatan ini bisa melibatkan mahasiswa lintas jurusan dan menjangkau audiens yang lebih luas.

Ketua Teater Kuju, Rilect Amigos menyampaikan rasa terima kasih kepada para penonton dan tamu undangan yang hadir. Ia juga menjelaskan bahwa Teater Kuju merupakan wadah kreatif bagi mahasiswa Sastra Indonesia untuk menyalurkan bakat mereka, khususnya dalam penulisan naskah dan seni pertunjukan.

Baca juga :  Robith, Mahasiswa Termuda Kedokteran Unesa 2025: Lulusan Akselerasi dari Mojokerto

“Teater Kuju adalah ruang bagi mahasiswa untuk mengekspresikan diri, baik melalui naskah teater, monolog, hingga pementasan drama. Siapa pun mahasiswa Sastra Indonesia yang ingin berkarya, bisa bergabung dengan kami,” ujar Rilect.

Pertunjukan “Sepatu Gila” menjadi bukti nyata bahwa pembelajaran sastra tidak hanya sebatas pada teks, melainkan juga dapat diwujudkan dalam bentuk seni pertunjukan yang hidup dan penuh makna. (*)