WartaPendidikan.co.id, Yogyakarta, 03 Mei 2025 – Siapa sangka tumpukan sampah bisa memantik semangat perubahan? Di tengah maraknya isu global seputar krisis lingkungan, mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) UIN Sunan Kalijaga tampil beda. Mereka tak hanya bicara tentang keberlanjutan, tapi mewujudkannya dalam aksi nyata.

Melalui SDGs Movement FDK, pengelolaan lingkungan di kampus bukan lagi sekadar wacana—ia telah menjadi gaya hidup yang menginspirasi. Tak heran, program ini viral di kalangan mahasiswa. Bagaimana tidak? Sampah yang dulu dipandang menjijikkan kini bernilai tinggi—bahkan bisa ditukar dengan emas!

Sampah Jadi Emas? Ini Bukan Gimmick!

SDGs Movement FDK lahir sebagai bagian dari inisiatif SDGs Center UIN Sunan Kalijaga, di bawah koordinasi Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM). Salah satu program inovatif mereka adalah Eco Financial Legacy (EFL), sebuah konsep di mana sampah yang dikelola dengan benar dapat ditukar dengan logam mulia melalui kerja sama dengan Pegadaian.

Meskipun EFL awalnya dikembangkan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI), pendekatan program ini mengalami transformasi total saat diadopsi oleh FDK. Di FDK, EFL dipadukan dengan semangat pemberdayaan oleh Tim Climate Warrior, menciptakan kekuatan kolektif yang solid dan progresif.

Dua Program Unggulan: Eco Voice & GETA

SDGs Movement FDK benar-benar serius dalam mengubah budaya kampus melalui dua program utama:

  • Eco Voice Duta FDK 2025
    Ajakan untuk membawa tumbler, memilah sampah, berjalan kaki ke kampus, hingga menggunakan transportasi umum. Mahasiswa yang aktif akan mendapatkan “poin aksi hijau”, seperti sistem loyalitas yang bisa ditukar dengan hadiah menarik.
  • GETA (Green Recycle Saturday)
    Setiap Sabtu, tim melakukan pemilahan sampah dan mencatat tren penggunaan plastik di lingkungan kampus. Lebih dari sekadar bersih-bersih, ini adalah aksi berbasis data untuk memantau perubahan perilaku mahasiswa dari waktu ke waktu.
Baca juga :  Mahasiswa FIB UNAIR Raih Juara 3 Desain Karakter di Widyatama Japan Matsuri 2025

Kreatif! Minyak Jelantah Jadi Sabun, Tutup Botol Jadi Karya Seni

Aksi mereka tidak berhenti di pemilahan sampah. Bersama SDGs Center, mereka mengolah minyak jelantah menjadi sabun yang aman digunakan. Mereka juga menciptakan karya seni dari tutup botol dan sampah plastik, membuktikan bahwa kepedulian lingkungan dan kreativitas bisa berjalan beriringan.

“Kami ingin menunjukkan bahwa sampah bisa punya nilai ekonomi dan estetika. Ini bukan hanya soal kebersihan lingkungan, tapi juga pemberdayaan,”
Nuha Bhanin, anggota tim SDGs Movement FDK.

Tantangan Nyata, Perubahan Nyata

Perjalanan ini tentu tidak tanpa rintangan. Edukasi kepada petugas kebersihan agar konsisten memilah sampah serta mengubah kebiasaan mahasiswa dari gaya hidup instan menjadi lebih peduli lingkungan menjadi tantangan utama.

Namun mereka tak kehabisan ide. Dengan pendekatan stimulus-respons, penghargaan diberikan kepada aksi nyata mahasiswa. Hasilnya mulai tampak: mahasiswa membawa tumbler, membuang sampah sesuai jenis, hingga menjadi relawan lingkungan. Kampus pun perlahan berubah menjadi ruang belajar yang ramah lingkungan.

Mimpi Kampus Hijau yang Semakin Nyata

Bagi SDGs Movement FDK, kampus hijau bukan hanya tempat yang bersih, tapi juga ekosistem yang sadar, terlibat, dan berdaya. Visi mereka adalah menciptakan kampus yang mampu mengelola sampah secara mandiri dan berkelanjutan—serta menjadi pusat pendidikan lingkungan hidup bagi generasi mendatang.

Harapannya, seluruh elemen kampus—mahasiswa, dosen, hingga petugas kebersihan—dapat bersinergi menciptakan perubahan.

Satu slogan sederhana merangkum semuanya:

“Together for Sustainable Future.” (Amelia)