WartaPendidikan.co.id, Jakarta, 08 Mei 2025 – Upaya mengatasi kekerasan dan berkembangnya paham ekstremisme berbasis kekerasan di kalangan anak muda perlu terus dilakukan melalui edukasi dan kampanye yang berkelanjutan. Salah satu momentum penting yang dimanfaatkan adalah masa Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru (PKKMB) di perguruan tinggi.

Masalah kekerasan seperti perundungan (bullying) hingga kekerasan seksual masih menjadi tantangan besar dalam menciptakan lingkungan pendidikan yang aman dan nyaman, termasuk di lingkungan kampus.

Untuk mewujudkan kampus yang aman, ramah perempuan, dan bebas kekerasan, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendiktisaintek) bekerja sama dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kementerian PPPA). Kolaborasi ini difokuskan pada kampanye pencegahan kekerasan seksual dan perundungan di lingkungan kampus.

Dalam pertemuan di Jakarta pada akhir April 2025, Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, Brian Yuliarto, menekankan pentingnya PKKMB sebagai momen krusial untuk menanamkan kesadaran sejak dini mengenai isu kekerasan.

“Kami meyakini ini merupakan waktu tepat untuk memberikan muatan penting tentang pelecehan dan perundungan. Mahasiswa baru sedang sangat antusias, dan ini kesempatan emas untuk membentuk kesadaran sejak awal,” ujar Brian.

Ia menambahkan bahwa akan diterbitkan surat edaran kepada seluruh perguruan tinggi agar mencantumkan klausul tentang pencegahan kekerasan dan penyimpangan perilaku dalam kontrak mahasiswa baru.

“Kami ingin nilai-nilai antikekerasan menjadi bagian dari identitas mahasiswa sejak hari pertama masuk kampus. Ini bukan hanya kampanye, melainkan gerakan nasional yang berkelanjutan,” tegasnya.

Sementara itu, Menteri PPPA, Arifatul Choiri Fauzi, menggarisbawahi pentingnya keterlibatan seluruh pemangku kepentingan untuk membangun ekosistem pendidikan tinggi yang inklusif dan aman.

“Panitia Ospek atau PKKMB tak boleh melakukan kekerasan dalam bentuk apa pun. Kita perlu deklarasi bersama kampus di seluruh Indonesia sebagai bentuk komitmen nyata,” ujarnya.

Baca juga :  Poliban dan KPID Kalsel Gelar Literasi Media Digital: Mahasiswa Diajak Cerdas Bermedia

Untuk memperkuat pesan kampanye, pendekatan komunikasi dirancang agar sesuai dengan karakter generasi Z, seperti melibatkan influencer yang memahami dunia anak muda agar pesan yang disampaikan tidak terasa menggurui.

Mulai PKKMB tahun ini, kedua menteri akan turun langsung ke kampus-kampus untuk menyapa mahasiswa baru dan menyampaikan pesan penting terkait pencegahan kekerasan dan perundungan.

Tangkal Ekstremisme Sejak Awal

Selain isu kekerasan, ancaman penyebaran ekstremisme berbasis kekerasan yang menyasar mahasiswa juga menjadi perhatian serius. Dalam hal ini, Kemendiktisaintek menjalin kerja sama dengan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).

PKKMB dimanfaatkan sebagai sarana edukasi bagi mahasiswa baru untuk menolak ekstremisme dan memperkuat literasi ideologi kebangsaan.

“Penerimaan mahasiswa baru adalah momentum tepat untuk menyampaikan bahwa kehidupan kampus berbeda dari dunia sekolah. Ini titik strategis membangun ketahanan ideologi,” kata Brian.

Penguatan ideologi kebangsaan akan dilakukan melalui kurikulum, pelatihan dosen, serta pemanfaatan fasilitas kampus seperti perpustakaan. Selain itu, riset dan teknologi juga akan dikembangkan untuk mendeteksi dini potensi penyimpangan ideologi yang mengarah pada ekstremisme.

Kepala BNPT, Eddy Hartono, menyatakan bahwa perguruan tinggi merupakan mitra strategis dalam aksi nasional penanggulangan ekstremisme berbasis kekerasan.

“Kami mengacu pada tridarma perguruan tinggi—pengajaran, penelitian, dan pengabdian masyarakat. Pencegahan adalah kunci utama agar tidak terjadi aksi terorisme,” ujarnya.

Melalui kerja sama lintas kementerian ini, diharapkan kampus-kampus di Indonesia mampu menjadi ruang belajar yang sehat, aman, inklusif, serta bebas dari segala bentuk kekerasan dan paham ekstremisme. (Amelia)