WartaPendidikan.co.id, Jakarta – Pengamat dan aktivis pendidikan Taman Siswa Ki Darmaningtyas menyatakan bahwa pengembalian sistem penjurusan IPA, IPS, dan Bahasa di tingkat SMA merupakan kebijakan yang paling realistis.

Ia berpendapat bahwa keterbatasan jumlah guru ASN, durasi mengajar yang masih berlaku, terbatasnya sarana dan prasarana, serta perlunya kesesuaian antara studi di SMA dan program studi di perguruan tinggi membuat kebijakan ini sangat tepat.

Ki Darmaningtyas menambahkan bahwa pengembalian sistem penjurusan ini memiliki dampak positif, seperti memberikan pengetahuan yang lebih terarah bagi siswa sesuai dengan pilihan program studi di perguruan tinggi.

Selain itu, hal ini mempermudah sekolah dalam menyusun jadwal pembelajaran karena kebutuhan guru untuk setiap mata pelajaran sudah diketahui dengan pasti.

Dengan demikian, jika terjadi kekurangan guru, pemerintah dapat memprediksinya dengan lebih akurat.

Ia juga mencatat bahwa infrastruktur fisik yang dibutuhkan, seperti ruang kelas dan laboratorium untuk setiap jurusan, dapat dihitung lebih jelas.

Meski demikian, Ki Darmaningtyas mengingatkan bahwa waktu yang tepat untuk menerapkan sistem penjurusan ini harus dipertimbangkan, seperti saat siswa memasuki semester kedua kelas X atau saat mereka naik ke kelas XI untuk memberi mereka waktu cukup mengenali minat dan bakat mereka. (*)

Baca juga :  Perguruan Tinggi sebagai Pusat Inovasi Teknologi Inklusif dan Kontributor SDGs