WartaPendidikan.co.id, Jakarta – Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek), Brian Yuliarto, menegaskan komitmen pemerintah dalam memperkuat industri nasional, termasuk sektor kosmetik, sebagai bagian dari strategi menuju Indonesia berpendapatan tinggi.

Pernyataan tersebut disampaikan pada Jumat (16/5/2025) dalam pertemuan bersama para pelaku industri kosmetik.

Menteri Brian menyatakan bahwa langkah ini sejalan dengan visi Presiden Prabowo Subianto, yaitu memperkuat pertumbuhan industri lokal agar mampu bersaing secara global.

Ia menekankan pentingnya keterhubungan antara kalangan akademisi dan dunia industri agar penelitian di perguruan tinggi dapat memberikan dampak langsung bagi pengembangan sektor kosmetik.

“Kita ingin mendorong industri lokal untuk berkembang tidak hanya di dalam negeri, tetapi juga mampu bersaing di pasar internasional. Konektivitas antara kampus dan pelaku industri menjadi kunci,” ujar Menteri Brian.

Ia juga mengapresiasi upaya industri kosmetik dalam membangun ekosistem produksi di Indonesia. Salah satu hambatan yang dihadapi, menurutnya, adalah kurangnya keterkaitan antara hasil riset dengan kebutuhan aktual industri.

Untuk mengatasi hal tersebut, kementerian membuka pintu masukan dari pelaku industri terkait tema riset yang dibutuhkan.

Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa penelitian tidak hanya perlu bersifat teknis, namun juga menyangkut aspek pasar dan kebijakan.

“Kami siap mendampingi dalam merumuskan kebijakan yang berpihak pada pertumbuhan industri berbasis riset,” jelasnya.

Dirjen Riset dan Pengembangan, Fauzan, menambahkan bahwa kementerian tengah membangun sistem konsorsium riset yang menggabungkan perguruan tinggi dan pelaku industri.

Melalui pendekatan ini, jika ada permasalahan dari industri, kementerian akan menjodohkan dengan kampus yang memiliki kompetensi di bidang tersebut. Masalah tersebut akan dijadikan dasar penyusunan kerangka acuan riset.

Berbagai skema pendanaan telah disiapkan, seperti co-funding dan match funding. Fauzan juga menuturkan bahwa dana LPDP bisa digunakan untuk mendukung riset kolaboratif yang sesuai kebutuhan industri.

Baca juga :  UNJA Resmi Lepas Mahasiswa KKN ke Tanjung Jabung Barat

Proses matchmaking akan difasilitasi agar kampus dapat mengajukan proposal riset yang relevan.

Staf Khusus Menteri, Oki Earlivan, menekankan perlunya penguatan integrasi antara riset, kebijakan, dan strategi bisnis.

Ia menilai riset harus berujung pada produk nyata dan menyarankan pembentukan tim riset gabungan dari perguruan tinggi dan industri untuk menekan waktu serta biaya, khususnya di bidang farmasi dan bioteknologi.

Joan, perwakilan dari Paragon, menyoroti pentingnya riset yang mendukung hilirisasi bahan baku lokal. Ia menyebut pihaknya telah membangun pusat riset dan pengembangan (R&D) dengan melibatkan talenta dalam negeri.

Joan juga berharap pemerintah memberikan insentif konkret seperti super deduction tax yang lebih berpihak pada pelaku industri lokal.

Pertemuan ini turut dihadiri oleh perwakilan industri kosmetik nasional dari berbagai merek ternama, seperti HMNS, BLP, AVO, Paragon, Luxcrime, Rose All Day, Jacquelle, Somethinc, Skingame, dan Guele.

Melalui kolaborasi antara pemerintah, akademisi, dan industri ini, diharapkan tercipta riset yang aplikatif, memperkuat hilirisasi hasil penelitian, meningkatkan daya saing produk nasional, serta mendorong pertumbuhan industri kosmetik Indonesia di kancah internasional. (*)