WartaPendidikan.co.id, Jakarta – Perguruan tinggi memegang peran penting dalam membentuk generasi muda yang tidak hanya unggul secara akademis, tetapi juga memiliki integritas moral dan kepedulian sosial. Di tengah pesatnya kemajuan teknologi saat ini, pembentukan karakter mahasiswa menjadi tantangan besar yang harus dihadapi secara serius.
Namun, masih banyak kampus yang belum sepenuhnya mengambil bagian dalam menyelesaikan permasalahan sosial di masyarakat. Dalam konteks inilah, kehadiran kampus berbasis pesantren menjadi sangat relevan untuk menguatkan nilai ilmu dan adab yang berdampak langsung bagi kehidupan masyarakat.
Menanggapi tantangan tersebut, Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Wamendiktisaintek), Fauzan, menekankan pentingnya keseimbangan antara kemajuan teknologi (hightech) dan penguatan etika (highethics). Hal ini ia sampaikan dalam pembukaan Kongres ke-VIII Badan Eksekutif Mahasiswa Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama (BEM PTNU) se-Nusantara yang berlangsung di Auditorium 1 Pondok Pesantren Nurul Jadid, Probolinggo, pada Sabtu, 17 Mei.
“Tidak cukup hanya mengejar kecanggihan teknologi. Kita juga membutuhkan nilai-nilai etika yang kuat sebagai pondasi,” ujar Wamen Fauzan.
Kongres yang dihadiri oleh lebih dari 150 BEM dari PTNU seluruh Indonesia ini turut menghadirkan sejumlah tokoh nasional dan ulama terkemuka, seperti Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid KH. Muhammad Zuhri Zaini, Kepala Pondok Abdul Hamid Wahid, Wakil Menteri Perindustrian Faisol Riza, perwakilan Kementerian Agama Aziz Hakim, serta Bendahara Umum PBNU Gudfan Arif Ghofur. Kehadiran mereka menunjukkan dukungan luas terhadap sinergi antara dunia kampus dan pesantren dalam memperkuat karakter bangsa.
Wamen Fauzan juga mendorong agar kampus-kampus menerapkan gerakan Kampus Berdampak, sebuah inisiatif yang menekankan keterlibatan nyata perguruan tinggi dalam menjawab persoalan sosial di masyarakat. Ia mengutip nasihat dari KH. Muhammad Zuhri Zaini, “Ilmu tanpa diamalkan bukan hanya tidak berguna, tetapi bisa menjadi beban, bahkan bumerang.”
Salah satu bentuk implementasi dari gerakan ini adalah penguatan pelaksanaan Tridarma Perguruan Tinggi, terutama pengabdian masyarakat seperti program Kuliah Kerja Nyata (KKN), yang dianggap sebagai sarana penting dalam membentuk karakter mahasiswa sekaligus menghadirkan manfaat nyata bagi masyarakat.
Selain itu, Wamen Fauzan juga mengajak BEM PTNU untuk ikut serta dalam program “Mahasiswa Berdampak”, yang diluncurkan oleh Kemdiktisaintek untuk mendorong penguatan peran sosial mahasiswa. Program ini dirancang untuk:
-
Mendorong implementasi Tridarma perguruan tinggi, terutama dalam pengabdian kepada masyarakat.
-
Mengajak mahasiswa menerapkan ilmu dan keterampilannya untuk menyelesaikan masalah sosial, lingkungan, dan ekonomi berbasis kebutuhan riil masyarakat.
-
Menumbuhkan kepemimpinan transformatif dan sensitivitas sosial.
-
Memberikan ruang bagi organisasi mahasiswa dalam merancang inisiatif sosial secara sistematis dan berdampak.
-
Membangun kemitraan strategis antara mahasiswa, masyarakat, institusi pendidikan, dan pemangku kepentingan lainnya.
-
Menjadi ajang pembelajaran lintas disiplin dan budaya guna memperkuat kompetensi dan karakter mahasiswa sebagai calon pemimpin bangsa.
Pada tahun 2025, program “Mahasiswa Berdampak” akan menjangkau 250 BEM dari perguruan tinggi negeri dan swasta, dengan fokus pada wilayah tertinggal, daerah dengan tingkat kemiskinan ekstrem, dan kawasan rawan bencana.
“Saya mengajak seluruh teman-teman BEM untuk terlibat aktif dalam program ini. Ini adalah kesempatan untuk berkontribusi nyata menyelesaikan berbagai persoalan masyarakat,” tegas Fauzan.
Ia menutup sambutannya dengan menyerukan agar seluruh elemen kampus mahasiswa, dosen, dan pimpinan bersatu untuk mewujudkan kampus dan mahasiswa yang benar-benar memberi dampak melalui penguatan nilai-nilai etika dan pengabdian kepada masyarakat. (*)
Leave a Reply