WartaPendidikan.co.id, Malang, 22 April 2025 – Dalam semangat Globalizing UB, Universitas Brawijaya (UB) kembali menghadirkan inovasi budaya yang menginspirasi. Melibatkan mahasiswa internasional dari berbagai negara, UB menggelar pagelaran wayang bertajuk “Karakter Brawijayan” dalam rangkaian acara Brawijayan Tosan Aji, International Contemporary Keris Fest 2025. Acara ini berlangsung meriah pada Sabtu, 19 April 2025, di Gedung Samanta Krida, Universitas Brawijaya, sebagai bagian dari implementasi Peraturan Rektor No. 108 Tahun 2023 tentang Karakter Brawijayan.

Pagelaran tersebut mengangkat lakon “Pangeran Sutasoma”, yang dipentaskan secara kolaboratif oleh mahasiswa internasional, siswa-siswi Brawijaya Smart School (BSS), dan seniman muda dari Sanggar Seni Gumelaring Sasangka Aji (GSA).

Para mahasiswa internasional yang berpartisipasi antara lain:

  • Đàng Nguyễn Trúc Linh (Vietnam)
  • Bai Yiting (Tiongkok)
  • Nigora Muminova (Uzbekistan)
  • Zang Ziqi (Tiongkok)
  • Ahmed El Sayed (Mesir)
  • Yeriel (Madagaskar)

Sementara dari BSS tampil:

  • Sibrana Kaizan Prabu
  • Vendra Adelio Kenzie
  • Nasheerra Anindya Shabikha
  • Lintang Tawang Ayu
  • Bramantyo Aji Miarso
  • Aditya Khalish Ardi
  • Elgaza Zervinda Maylinggar Queen
  • Aurora Queenna Rahman
  • Laisya Citu Permana

Dari Sanggar Seni GSA turut tampil:

  • Kavaya Sidhi Adrista
  • Arga Laras S.
  • Alvian Maulana
  • Qolbu Yudho Baskoro
  • Daniswara A. Eka H.
  • Theresia Cahaya Maria
  • Hidayat Ibnu Adi
  • Muhammad Septian Ramadhani

Wakil Rektor IV UB, Prof. Andi Kurniawan, S.Pi., M.Eng., D.Sc., menyampaikan bahwa kisah Pangeran Sutasoma mengandung nilai luhur yang selaras dengan Karakter Brawijayan.

“Sutasoma adalah simbol keteladanan. Ia meninggalkan kemewahan istana demi laku spiritual dan menegakkan prinsip kemanusiaan. Cerita ini sangat relevan dalam membentuk karakter mahasiswa UB yang welas asih, toleran, dan berdaya juang dalam kebaikan,” jelasnya.

Kisah Pangeran Sutasoma mengisahkan perjalanan putra Prabu Mahaketu dari Kerajaan Hastina yang memilih bertapa di Gunung Semeru untuk mencari jati diri. Dalam perjalanannya, ia menghadapi tantangan besar, termasuk menyelamatkan harimau kelaparan dan menghadapi Raja Purusadha, sang pemakan manusia. Cerita ini menyuarakan semangat pengorbanan dan persatuan demi masa depan umat manusia yang damai dan bermartabat.

Baca juga :  Menteri Transmigrasi Ajak Mahasiswa Jadi Pemimpin di Kawasan Transmigrasi

Direktur PT Brawijaya Multikreasi Utama (BMU) sekaligus pelaksana acara, Dr. Edi Purwanto, S.T.P., M.M., menyampaikan:

Brawijayan Tosan Aji bukan sekadar perhelatan seni, melainkan platform strategis yang mengangkat warisan budaya lokal ke panggung internasional. BMU mendukung penuh proses kreatif ini sebagai bagian dari ekonomi kreatif berbasis budaya, sekaligus menjembatani interaksi antara lokalitas dan globalitas.”

Rektor UB, Prof. Widodo, S.Si., M.Si., Ph.D.Med.Sc., turut memberikan sambutan penuh semangat:

“Pagelaran ini adalah bentuk nyata diplomasi budaya UB di kancah global. Kita ingin dunia mengenal nilai-nilai luhur Nusantara, khususnya Jawa Timur, lewat medium kreatif yang melibatkan generasi muda lintas bangsa. Ini adalah langkah UB membangun peradaban berbasis karakter.”

Apresiasi turut datang dari Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Dr. Fadli Zon, S.S., M.Sc., yang hadir langsung dalam acara.

“Saya bangga UB tidak hanya menjadikan budaya sebagai simbol, tapi benar-benar menghidupkannya. Mengajak mahasiswa internasional bermain wayang adalah langkah progresif dalam pelestarian sekaligus internasionalisasi budaya kita,” tuturnya.

Pagelaran Karakter Brawijayan ini menjadi momentum penting dalam merangkai tradisi, pendidikan, dan kolaborasi lintas budaya. UB berharap langkah ini terus memperkuat identitas bangsa di tengah arus globalisasi serta menjadi teladan dalam praktik pendidikan karakter yang otentik, inklusif, dan relevan di masa kini. (Amelia)