WartaPendidikan.co.id, Muaro Jambi – Mahasiswa Universitas Jambi yang tergabung dalam Volunteer Community College Community Driven Development (CDD) berinisiatif menghadirkan inovasi baru di Desa Senaung, Kecamatan Jambi Luar Kota pada Sabtu (31 Mei 2025), Inovasi tersebut diajukan melalui Program Kreativitas Mahasiswa bidang Pengabdian Masyarakat (PKM-PM) dan bertujuan mengubah limbah rumah tangga serta industri lokal menjadi solusi bagi pertanian.
Acara ini di hadiri oleh Dafa Hariadi selaku Ketua Tim Pelaksana PKM-PM. Indah Kristiani Hutasoit salah satu Volunteer CDD. Sidiq Kurniawan anggota tim yang bertugas mengawal aplikasi program di lapangan.
Ketua pelaksana menyampaikan tingginya biaya produksi dan menurunnya kualitas tanah akibat pemakaian pupuk kimia secara berlebihan. Di desa yang mayoritas penduduknya bermata pencarian sebagai petani ini, ketergantungan pada pupuk anorganik menjadi persoalan serius, baik secara ekonomi maupun lingkungan.
“Petani di Desa Senaung sudah lama bergantung pada pupuk kimia. Padahal, di sekitar mereka tersedia sumber daya yang bisa dimanfaatkan, seperti air cucian beras dan serbuk gergaji dari usaha penggergajian kayu,” ungkap Dafa
Indah Kristiani Hutasoit salah satu Volunteer CDD menjelaskan pendekatan edukatif dan partisipatif berencana menggelar serangkaian penyuluhan, pelatihan, hingga praktik langsung pembuatan pupuk organik bersama petani. Salah satunya adalah pembuatan pupuk cair JAKABA (Jamur Keberuntungan Abadi) yang berasal dari fermentasi air cucian beras dengan bahan tambahan seperti dedak, gula merah, terasi, dan akar toge atau bambu. Sementara itu, serbuk gergaji akan difermentasi menggunakan larutan EM-4 untuk menghasilkan pupuk padat yang kaya unsur hara, sekaligus menjadi media tanam alternatif.
“Kami tidak sekadar mengajarkan cara membuat pupuk, tapi juga mendorong kemandirian petani agar tidak lagi bergantung pada produk-produk mahal. Selain menekan biaya produksi, inovasi ini juga diharapkan mampu meningkatkan hasil panen,” ujar Indah
Sidiq Kurniawan mengungkapkan bahwa produktivitas padi di Desa Senaung saat ini masih berada di angka 3,9 ton per hektare, jauh di bawah target nasional sebesar 6 ton. Salah satu penyebabnya adalah tingkat keasaman tanah serta rusaknya ekosistem mikroorganisme akibat pemupukan kimia yang berkepanjangan. Ia berharap kolaborasi multipihak ini menjadikan program bukan sekadar kegiatan pengabdian sementara, melainkan model pengembangan masyarakat.
“Kami berharap praktik ini dapat diperluas ke desa-desa lain di Jambi. Kalau satu desa bisa mandiri pupuk, kenapa tidak satu kabupaten. Kata Sidiq.
Tim CDD berharap program yang diajukan melalui PKM-PM ini dapat memperoleh pendanaan dari Kemendikbudristek. Namun, meskipun nantinya tidak lolos seleksi, mereka tetap berkomitmen menjalin kerja sama dengan masyarakat Desa Senaung untuk terus belajar, berbagi, dan menerapkan konsep pertanian cerdas berbasis kearifan lokal.
Dengan semangat Kampus Berdampak, mahasiswa Unja tidak hanya mengimplementasikan teori dari ruang kuliah, tetapi juga turun langsung menyentuh persoalan nyata di masyarakat. (*)
Leave a Reply