WartaPendidikan.co.id, Bandar Lampung – Pendidikan tinggi di Indonesia memiliki peran strategis dalam membentuk arah pembangunan bangsa. Perguruan tinggi saat ini dianggap masih dapat memaksimalkan potensi peran mereka dalam menjawab kebutuhan masyarakat. 

Berdasarkan statistik dari Pangkalan Data Pendidikan Tinggi (PDDikti), terdapat 4.687 perguruan tinggi yang terdiri dari 128 Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan dan 4.559 Perguruan Tinggi Swasta (PTS). Menurut Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Wamendiktisaintek) Fauzan, Indonesia seharusnya sudah menjadi negara maju dengan jumlah perguruan tinggi tersebut.

Wamen Fauzan menyatakan bahwa perguruan tinggi harus dapat memberi manfaat bagi masyarakatnya secara langsung, dan tidak lagi terjebak dalam paradigma menara gading. Hal ini dapat dicapai melalui tata kelola yang berorientasi masyarakat. Pernyataan tersebut disampaikannya dalam kegiatan Silaturahmi dengan Pimpinan Perguruan Tinggi di Lingkungan Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti) Wilayah II, Kamis (12/6).

“Kampus seharusnya hadir dalam masyarakat, mengurangi beban masyarakat dan mampu menjawab persoalan yang terjadi di sekitarnya. Inilah makna pendidikan tinggi yang berdampak, dan yang ingin kami terjemahkan di Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi melalui ‘Diktisaintek Berdampak’,” ujar Wamen Fauzan.

Dalam kesempatan ini, sejumlah pimpinan PTN dan PTS dari LLDikti Wilayah II berkonsolidasi dan merapatkan barisan untuk merealisasikan arah kebijakan “Diktisaintek Berdampak”. Wamen Fauzan juga mengapresiasi semangat “Diktisaintek Berdampak” yang ditunjukkan oleh Universitas Bandar Lampung (UBL). Menurutnya, UBL sudah menunjukkan komitmen dan kesiapan untuk melakukan hilirisasi produk riset yang bermanfaat bagi masyarakat.

“Kami siap untuk berkolaborasi dengan perguruan tinggi mana saja, dalam rangka memajukan negara bersama-sama,” tegas Rektor UBL, Yusuf S. Barusman.

Dalam menekankan pentingnya tata kelola pendidikan tinggi yang berorientasi kebermanfaatan kepada masyarakat, Wamen Fauzan mendorong pembangunan kurikulum yang spesifik dan dekat dengan masyarakat. Hal ini demi mewujudkan kewajiban kampus dalam mencetak Sumber Daya Manusia (SDM) unggul yang cerdas, empatis, dan adaptif. 

Baca juga :  Kementerian Pendidikan Tinggi Luncurkan Gerakan #KampusBerdampak dalam Acara Ngopi Bareng Media

“Dinamika kehidupan kini sudah mulai menuntut spesifikasi kompetensi dan memiliki soft skills yang komplet. Mahasiswa harus didekatkan pada masyarakat melalui kurikulum yang sudah didesain,” kata Wamen Fauzan. 

Di tengah tantangan global dan tuntutan disrupsi teknologi, kolaborasi, dan keberpihakan pada realitas sosial menjadi keharusan. Melalui pendidikan tinggi yang inklusif, adaptif, dan berbasis keunggulan lokal, kita bisa memastikan perguruan tinggi Indonesia menjadi penggerak utama kemajuan bangsa menuju Indonesia Emas 2045. (*)