WartaPendidikan.co.id, Kota Jambi — Di balik toga kebesaran dan gelar Wisudawan Terbaik UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi Tahun 2025, tersimpan kisah perjalanan penuh makna dari seorang pemuda bernama Muhammad Dzulfikri Al Imany. Ia bukan hanya seorang mahasiswa berprestasi, tetapi juga alumni Pesantren PKP Al-Hidayah Pemerintah Provinsi Jambi tahun 2021, tempat di mana ia menemukan arah hidup, cinta ilmu, dan nyala semangat yang tak pernah padam.

Bahasa Arab: Rumah yang Menumbuhkan Cinta

Ketika ditanya pelajaran favorit selama mondok, Fikri—begitu ia disapa—menjawab tanpa ragu:

“Saya jatuh cinta pada insya’. Dari situ saya belajar menyusun kata, membangun makna. Tapi saya juga sangat tekun dalam nahwu, sharaf, dan muthala’ah, karena semua itu saling melengkapi,” ujar Fikri, Sabtu 28 Juni 2025, kepada wartapendidikan.co.id melalui sambungan WhatsApp.

Baginya, Bahasa Arab bukan sekadar alat komunikasi, melainkan seni berpikir, jendela memahami peradaban Islam, dan medan kreativitas yang tak habis digali.

Prestasi Berakar dari Ketekunan

Selama di pesantren, Fikri bukan hanya dikenal sebagai santri rajin, tapi juga berprestasi dan aktif. Ia pernah menjuarai berbagai lomba, mulai dari:

Juara 1 Cerpen dan Komik Islami

Juara 2 MTQ cabang Fahmil Qur’an tingkat Kota Jambi

Finalis lomba pidato Bahasa Arab, puisi, dan menyanyi

Aktif dalam seni kaligrafi kontemporer

“Waktu itu saya nggak pernah mikir mau menang. Saya cuma senang mengasah diri. Ternyata, ketika kita konsisten, hasil itu datang sendiri,” kenangnya dengan senyum.

Rasa Terima Kasih yang Tak Terucap Tuntas

Saat membicarakan para gurunya di PKP Al-Hidayah, suara Fikri terdengar penuh haru.

“Saya nggak akan sampai di sini tanpa guru-guru kami semasa mondok dulu. Mereka bukan hanya mengajar, tapi benar-benar membentuk jiwa saya. Terima kasih, Ustadz-Ustadzah, atas sabarnya, doanya, dan ilmunya.”

Baca juga :  Dzul fikri Alumni PKP Al Hidayah Jadi Wisudawan terbaik UIN STS Jambi 2025

Untuk adik-adik kelasnya di pesantren, Fikri menitipkan pesan:

“Jangan lelah. Ada pasang surut, itu biasa. Jalani saja. Allah akan kasih paham di waktu yang tepat. Dan untuk para guru, dukunglah setiap pilihan santri. Setiap anak punya jalan takdirnya sendiri.”

Melipat Mimpi: Dari S2 Hingga Al-Imany Academy

Wisuda bukan akhir, melainkan awal bagi Fikri. Ia kini tengah mempersiapkan seleksi beasiswa untuk studi S2, sembari membangun Al-Imany Academy, sebuah platform pendidikan Bahasa Arab dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi.

“Saya ingin belajar sambil kerja setelah S1 ini. Saya sedang mempersiapkan seleksi beasiswa S2. Saya juga sedang mengembangkan Al-Imany Academy, lembaga belajar Bahasa Arab dengan metode kombinasi yang saya kembangkan sendiri. Saya yakin ilmu bukan cuma untuk saya, tapi harus jadi manfaat untuk banyak orang.”

Kunci Sukses: Konsistensi, Disiplin, dan Tujuan

Saat ditanya tentang rahasia di balik pencapaiannya, Fikri menjawab mantap:

“Kuncinya cuma satu: konsisten dengan apa yang diyakini. Lalu disiplin. Saya selalu buat peta tujuan besar dan spesifik. Dari situ saya pecah jadi langkah-langkah kecil. Kita belajar dari yang kecil dulu, yang bisa kita atasi. Nanti yang besar akan datang dengan sendirinya.”

Fikri juga mengakui peran besar kampus UIN STS Jambi yang telah memberikan ruang aktualisasi, fasilitas memadai, dan bimbingan yang terbuka selama proses kuliahnya.

Dzulfikri adalah cerminan santri modern—berakar kuat pada nilai tradisi, namun tak ragu menatap masa depan. Dari lorong-lorong asrama PKP Al-Hidayah yang sunyi, kini ia menapaki jalan ilmu dan pengabdian dengan mantap. Kisahnya adalah pengingat bahwa santri pun bisa terbang tinggi, selama mereka tekun, ikhlas, dan percaya diri.

Baca juga :  Panggung Awak 2025: Mahasiswa PBSI UNJA Tampil Memukau Lewat Drama